SUMBER DAYA
MANUSIA DAN DESIGN PEKERJAAN
7.1 Tujuan strategi sumber daya manusia
Perusahaan atau organisasi
dapat
berhasil dan sukses apabila didukung dengan sumber daya manusia yang mempunyai
ahli dalam bidangnya masing-masing, dan untuk menentukan sukses atau
tidaknya suatu perusahaan dapat dilihat pada pemimpin dalam mengambil
kebijaksanaan dan keputusan perusahaan tersebut serta adanya kerjasama yang baik
antara atasan dan bawahan,sedangkan tingkat kemampuan dan kesolitan dari sumber
daya manusia juga sangat di perlukan seperti yang dikatakan oleh, Heizer dan
Render: (2005,p.501). tujuan strategi sumber daya manusia adalah untuk
mengelola tenaga kerja dan mendesain tenaga kerja sehingga dapat
diletakkan tepat pada kemampuannya masing-masing agar dapat bekerja secara
efektif dan efesien
Dan lebih dari itu menurut, Handoko: (1988,p.109). mengungkapkan
bahwa pendapatnya tentang strategi sumber daya manusia adalah permberdayaan
karyawan dalam meningkatkan kualitas dalam bekerja agar dapat bersaing dalam
dunia usaha dan memiiki nilai lebih yang diintegrasikan dengan strategi
organisasi.
Penelitian mengenai tujuan sumber daya manusia juga
ini dipertegas oleh studi yang dilakukan ,Rivai dan Sagala: (2011,p.8), dalam bukunya tentang tujuan sumber daya manusia ialah
meningkatkan mutu dan kualitas bekerja
karyawan yang ada dalam suatu perusahaan agar
memiliki sikap bertanggung
jawab secara strategis, etis, dan social. Dan juga Jackson dan schuler(1990).
Menambahkan bahwa sumber daya manusia Adalah mewadahi organisasi agar dapat
berjalan dengan baik (efektif) yang haris disesuasikan dengan tujuan
perencanaan yang telah dibuat untuk masa jangka pendek dan jangka panjang
organisasi.
7.2.
Kendala dalam sumber daya manusia
Banyak
sekali sesuatu yang menjadi kendala dalam melakukan sesuatu,atau ketika kita
akan memulai usaha atau bisnis, kendala-kendala yang sering timbul terkadang
tidak pernah kita bayangkan sebelumnya,bahkan kendala itu timbul ketika kita
tidak menyadarinya,di buku ini beberapa ahli menyatakan pendapatnya tentang
kendala dalam sumber daya manusia salah satunya antara lain Heizer dan Render:
(2005,p.501), mereka sepakat menyatakan bahwa kendala dalam sumber daya manusia adalah
keputusan yang dibuat dalam membatasi gerak orang dalam melakukan pekerjaaan. Pertama,bauran peroduk dapat menentukan
apakah tenaga kerja musiman atau tetap. Kedua,teknoligim,peralatan,dan proses
mungkin memiliki implikasi pada keamanan dan kandungan pekerjaan. Ketiga,
keputusan lokasi mungkin memiliki dampak pada lingkungan kerja di mana karyawan
bekerja.
Yang
terakhir keputusan tata letak,seperti lini perakitan atau sel kerja, akan mempengaruhi hasil pekerjaan. Adapun pendapat lain juga di
sampaikan oleh, Handoko (1997,p.55-57) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi Strategi Sumber
Daya Manusia, yaitu; Secara umum Kendala-kendala dalam perencanaan atau
Strategi Sumber Daya Manusia terbagi menjadi 4 bagian yang Pertama,Standar
kemampuan Sumber Daya Manusia yang masih belum jelas, akibatnya informasi kemampuan Sumber Daya
Manusia hanya berdasarkan ramalan-ramalan (prediksi) saja yang sifatnya
subjektif. Hal ini menjadi kendala yang serius dalam Perencanaan Sumber Daya
Manusia untuk menghitung potensi Sumber Daya Manusia secara pasti. Kedua Manusia
(SDM) Mahluk Hidup tidak dapat diatur seluruhnya dengan mesin. Hal ini menjadi kendala Perencanaan
Sumber Daya Manusia, karena itu sulit memperhitungkan segala sesuatunya dalam
rencana. Misalnya, ia mampu tapi kurang mau melepaskan kemampuannya. Ketiga
situasi Sumber Daya Manusia Persediaan, mutu, dan penyebaran penduduk yang
kurang mendukung kebutuhan Sumber Daya Manusia
perusahaan. Hal ini menjadi kendala proses Perencanaan Sumber Daya
Manusia yang baik dan benar.Keempat kebijaksanaan Perburuhan Pemerintah
Kebijaksanaan perburuhan pemerintah, seperti kompensasi, jenis kelamin, WNA,
dan kendala lain dalam Perencanaan Sumber Daya Manusia untuk membuat rencana
yang baik dan tepat.
7.3. Perencanaan pekerjaan
Heizer
& Render: (2005,P.502). menyimpulkan dalam bukunya, bahwa perencanaan
pekerjaan
yaitu, sebuah cara untuk menetapkan kebijakan karyawan yang berkaitan dengan
kesetabilan ketenagakerjaan dan jadwal kerja.
Employment stability
Kesetabilan
tenaga kerja sangat diperlukan ketika perusahaan sudah mulai merangkak maju,
agar suatu perusahan tidak mengalami penurunan baik secara kualitas maupun
kuantitas. Karena ketika perusahaan sering melakukan pergantian (perekrutan
karyawan) sudah barang tentu akan mempengaruhi kenerja dari perusahaan
tersebut, kenapa kesetabilan tenaga kerja sangat dibutuhkan?. Karena, seperti
yang telah disampaikan oleh, Heizer & Render: (2005,p.502) kesetabilan
tenaga kerja berkaitan dengan jumlah karyawan yang diperintahkan oleh sebuah
organisasi pada suatu waktu tertentu, terdapat dua kebijakan dasar yang
berkaitan dengan kesetabilan, yaitu: yang pertama ikuti permintaan dengan tepat
dan yang kedua menjaga jumlah karyawan secara konstan, Heizer & Render:
(2005,p.502)
Work schedules
Dalam
perusahaan maupun kegiatan yang lainnya jadwal kerja sangatlah “urgen”, adanya
jadwal kerja bisa merealisasikan planning yang sudah ada. Menurut studi yang dilakukan oleh,
Heizer & Render: (2005,p.503). mereka
mengatakan bahwa ada tiga bagian jadwal kerja,
yang pertama adalah jadwal kerja standar meliputi 8 jam perhari 5 hari
perminggu. jadwal kerja yang kedua adalah flextime sebuah sistem yang
membolehkan karyawan dengan batasan tertentu, untuk menentukan jadwal kerja
mereka sendiri. Dan yang terakhir adalah minggu kerja yang fleksibel sebuah jadwal
kerja yang berbeda dari jadwal normal atau jadwal standar selama 8 jam perhari
(sepuluh 10 jam perhari selama 4 hari perminggu)
7.4. Desain pekerjaan
Desain pekerjaan adalah sebuah pendekatan yang menetapkan
tugas-tugas yang terkandung dalam suatu pekerjaan bagi seseorang atau sebuah
kelompok, pendapat ini di kemukakan oleh Heizer & Render: (2005,p.504).
Sedangkan pendapat yang lain, Handoko: (1984,p.178-179).desain pekerjaan adalah
sebagai fungsi penetapan kegiatan-kegiatan kerja seorang individu atau kelompok
secara organisasi. Tujuannya adalaah untuk mengatur penguasan-penguasan kerja
yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan pribadi dan individual para pemegang jabatan.
Heizer & Render: (2005,p.506) menyatakan Job
specialization merupakan pembagian tenaga kerja menjadi tugas-tugas yang
unik,sedangkan simamora(1995,p.116-119) lebih
menekankan kepada tenknik yang mengarah kepada pekerjaan yang sangat
terspelisasi.
job
expansion,variasi akan membuat pekerjaan menjadi “lebih baik” dan bahwa para
karyawan akan menikmati kualitas lingkungan kerja yang lebih baik. Karena
fleksibelitas ini memberikan keuntungan bagi karyawan dan organisasi pendapat
di atas di kemukakan oleh Heizer & Render: (2005,p.506)
Kutipan
dari, Handoko: (1984,p.181), job enlargement itu berarti pekerjaan-pekerjaan
diperluas secara horizontal,melalui penambahan lebih banyak tugas kepada
karyawan untuk meningkatkan variasi pekerjaan dan mengurangi sifat yang
membosankan (monoton) pada pekerjaan, tetapi bukan berarti meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan yang
telah diperluas. Dalam perusahaan perlu diadakan pengelompokan antara
tugas-tugas yang akan di kerjakan,dan tugas tersebut di kelompokkan berdasarkan
keahlian yang di miliki oleh seorang karyawan,beragam tugas yang memiliki
tingkat keahlian yang hampir sama,merupakan pemekaran secara horizontal,Heizer
dan Render: (2005,p.506)
Heizer dan Render: (2005,p.506),
berpendapat job rotasion adalah sebuah system dimana seorang karyawan dari satu
pekerjaan yang khusus kepekerjaan khusus lainnya, Dengan dilakukannya job
rotasion ini maka seorang karyawan berpeluang untuk bisa merasakan pekerjaan
yang lainnya, sehingga karyawan tidak merasa bosan atau tertekan pada satu
pekerjaan yang sebelumnya. Sedangkan ahli lain seperti simamora(1995,p.116-119)
mengemukakan pendapatnya bahwa seorang individu secara sistematis berpindah
dari satu posisi ke posisi yang lain di dalam sebuah organisasi untuk
mendapatkan pengalaman yang baru di luar tempat kerja yang sebelumnya.
Job
enrichment adalah Sebuah metode yang memberikan karyawan sebuah tanggung jawab
yang lebih besar yang meliputi perencanaan dan pengendalian yang diperlukan
untuk penyelesaian pekerjaan,Heizer dan Render: (2005,P.506). adapun pendapat
dari simamora: (1995,p.116-119) lebih menekankan kepada karyawan agar di mana
karyawan tidak merasa jenuh bahkan dia merancang untuk mengurangi kebosanan
yang sering menjadi kepada karyawan seperti bagian dari pekerjaan yang
berulang-ulang di lakukan karyawan setiap dari di waktu kerja.
Job empowerment Heizer dan Render:
(2005,p.506),memperluas pekerjaan karyawan, sehingga tanggung jawab yang lebih
otoritas berpindah pada tingkat organisasi serendah, perluasan pekerjaan
memungkinkan karyawan untuk lebih meningkatkan kinerja secara individu atau
kelompok.
7.5 Keterbatasan perluasan
pekerjaan
Perluasan kerja adalah praktek memperluas isi pekerjaan untuk memasukkan lebih banyak variasi dan lebih banyak tugas pada tingkat yang sama Greenberg dan Baron:(1997,p.163). Mohammad Abdul Mukhyi:(2009,p.3) berpendapat bahwa Perluasan Pekerjaan atau Job Enlargment merupakan Perluasan secara horisontal, melalui penambahan lebih banyak tugas kepada karyawan untuk meningkatkan variasi pekerjaan dan mengurangi sifat yang membosankan pada pekerjaan agar dimana karyawan-karyawan yang ada tidak merasa jenuh. Sedangkan sumber lain mengatakan Perluasan pekerjaan atau 'pekerjaan vertikal loading' adalah di mana individu dapat memperoleh lebih banyak tanggung jawab, otonomi dan kontrol atas tugas yang mereka lakukan Riches:(1994,p.240)
Dengan adanya Perluasan kerja akan memberikan karyawan tingkat kontrol yang tinggi terhadap pekerjaan mereka, mulai dari perencanaan dan pengorganisasian dengan melalui pelaksanaan dan mengevaluasi hasil . Hal ini didasarkan pada studi Herzberg ( 1959) menunjukkan bahwa cara yang paling efektif untuk memotivasi pekerja adalah dengan berfokus pada kebutuhan yang lebih tinggi .
7.6 Standar dan pengukuran kerja
Dalam
suatu perusahaan tentu mempunyai standar masing-masing misalkan standar yang di
lakukan secara besar mewakili waktu yang di habiskan oleh seorang pekerja
rata-rata untuk melaksanakan aktifitas tertentu di bawah kondisi kerja
normal,Render dan Heizer :( 2005,p.534-535). Menjadi tujuan atau sasaran dari
usaha karyawan. Jika standar telah di penuhi maka karyawan akan merasakan
adanya pencapaian dan penyelesaian,kadang kala ketika karyawan sudah
menyelesaikan standar yang sudah di tetapkan atasan,atasan kadang memberikan
semangat kepada karyawan-karyawan yang ada misalkan atasan membelikan suatu
barang kepada bawahan atau karyawan tujuannya adalah agar karyawan tetap
semangat atau dengan kata lain atasan berterimakasih kepada bawahan. Standar
kerja merupakan krateria pengukuran kesuksesan suatu pekerja,tanpa adanya
standar,tidak ada system pengendalian yang dapat mengevaluasi kinerja karyawan
simamoro:( 1995,p.116)
Suatu
kegiatan tertentu yang di bawah kondisi kerja normal ini sering di sebut
standar tenaga kerja (labor standar). Standar-standar yang telah di tetapkan
dan “reasonable” mempunyai berbagai kegunaan,termasuk pemuasan kebutuhan
karyawan, penyediaan ukuran prestasi bagi organisasi,dan mempermudah
operasi-operasi organisasi ( missal,dalam scheduling produksi),tampa adanya
petunjuk waktu standar,Handoko:( 1984,p.192-193)
Berbagai pendapat tentang Work Measurement (1 januari 2014) adalah tindakan pengukuran yang dilakukan
terhadap berbagai aktivitas dalam rantai nilai yang ada pada suatu perusahaan.
Hasil pengukuran tersebut kemudian digunakan sebagai umpan balik yang akan
memberikan informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dan titik
dimana perusahaan memerlukan penyesuaian–penyesuaian atas aktivitas perencanaan
dan pengendalian
Dalam pengukuran
kerja, biasanya dilihat dari proses operasi dalam perusahaan dapat efisien atau
tidak biasanya didasarkan atas lama waktu untuk membuat suatu produk atau
melaksanakan suatu pelayanan (jasa). Jumlah waktu yang harus digunakan untuk
melaksanakan kegiatan tertentu dibawah kondisi kerja normal disebut standar
pekerja (
laborstandards)
. http://id.wikipedia.org/wiki/Pengukuran_Kerja_Manajemen_Operasi(12 november 2014)
7.7 Metode studi waktu
Berbicara mengenai studi waktu kita sebagai
atasan yang membimbing bawahan maka kita harus menerapkan yang namanya studi
waktu pada perusahaan kita,tujuanany adalah supaya bisa di gunakan untuk
Pembatalan waktu sebuah sampel kinerja pekerja dan di gunakanya sebagai dasar
untuk menetapkan waktu standart hal-hal tersebut di kemukakan aleh seorang ali
yaitu. Heizer dan Rander : (2005,p.536)
Sedangkan menurut Handoko :( 1984,p.197)
mengutip dari seorang ilmuan Taylor (1881) “pemuka pertama” pada dasarnya
dengan penggunaan studi waktu seorang
analis mengambil suatu sampel kecil dari suatu kegiatan karyawan dan
menggunakanya menentukan suatu standar organisasi keseluruhan. Peralatan yang
di butuhkan hanya stopwatch di tambah kertas dan pensil.
Namun
ahli lain berpendapat, (Mundel and Danner, 1994).Mereka lebih menekankan kepada
bagian dari prosedur pengukuran kerja yang digunakan, dimana usaha manusia
menjadi bagian dari aktivitas produktif dan beberapa prosedur yang digunakan
untuk mengukur human time untuk beberapa konsep dari sebuah level
standar dari suatu usaha,
7.8
Metode penugasan
Dari berbagai pendapat tentang metode
penugasan ( 5 januari 2009) mengemukakan bahwa, Metode
penugasan merupakan suatu metode kuantitatif untuk mengalokasikan sumber daya tugas dan pekerjan atas dasar metode satu-satu